Senin, 15 September 2014

Kamu...

'Kamu yakin ga mau anterin aku?' tanyaku pada Putra.

'Buat apa? buat ngeliatin kamu pergi?' jawabnya sambil menahan senyum.

'Ikh...kok kamu senyum-senyum sih?'

'Inget kata mama aja tentang kamu. Makanya sampai sekarang kamu ga bisa move on dari mantanmu,'

'Ini ga ada hubungannya sama mantan tauuuu, aku udah move on, cuman belom penggantinya aja...'

'Sama aja itu mah,' jawabnya sambil mengusap ubun-ubun kepalaku. Ya seperti inilah hubungan kami. Dekat namun tak dekat. Jauh namun tak jauh.

Semarang malam itu benar-benar terasa dingin setelah di guyur hujan sore tadi. Di pojok Terracota coffee ini tempat dimana aku mengadakan perpisahan dengannya. Malam ini adalah malam terakhir aku di Indonesia, tepatnya di Semarang. Esok aku akan terbang ke Korea untuk menempuh gelar masterku.

Di Terracota coffee ini tempatnya sangat tersembunyi. Klasik namun elegan. Kawanku Ibas pernah berkata, 'tempat ini cocok untuk tempat selingkuh' namun aku tak pernah setuju dengannya. Karena bagiku sebenarnya tidak ada tempat untuk selingkuh. Namun tempat ini lebih enak untuk merilekskan pikiran. Karena di dekat mini bar terletak beberapa rak buku beranekaragam genre. Aku paling suka membaca novel dari cafe ini. Tidak pernah aku membawanya pulang, namun sering aku ketiduran disini hanya karena terlalu asik membaca buku.

Coffee yang disediakan disini sangat beragam. Kita boleh menyeduhnya sendiri atau memesan pelayan untuk menyeduhkannya. Coffee kesukaanku adalah Java Coffee. Sangat kental dan nikmat. Pelayan disini pasti hafal dengan seleraku. Java Coffee dan sepiring kentang goreng untuk menemaniku menghabiskan rindu disini.

Dan di cafe inilah aku menemukan sosok Putra yang juga tengah asik tenggelam dengan tumpukan buku-buku arsiteknya. Cukup menarik dengan kacamata yang miring sebelah karena habis terinjak. Cafe ini mengantarkan kami kepada rindu-rindu yang menjalar sepi. Aksara terbungkam mulai berlomba-lomba keluar, namun terhenti karena hadirnya seseorang dari masa lampauku.

'Putra...'

'Hmmmm...' jawabnya tanpa melepaskan pandangan dari buku yang ia baca.

'Kamu tau kan Put, sejak aku putus dengan dia aku ga pernah dekat dengan yang lain?'

'Tau, makanya itu kamu belum bisa move on kan?'

'Sebenernya Put.....,'

'Sebenernya apa?'

'Ini adalah malam terakhir aku di Semarang, aku sudah 1 tahun ini suka sama orang. Bolehkah aku mengungkapkannya? sebelum aku meninggalkan Semarang?'

'Hah?? kamu naksir orang?? siapa?' tanya kaget dan menutup buku yang ia baca. Aku hanya diam bergeming. Matanya mencari-cari kebenaran di mataku. Aku hanya menunduk. Hatiku berdebar tak menentu. Pandanganku semakin tak focus dan gugup.

'Siapa Z??' tanyanya lagi. Kamu... jawabku namun hanya dalam hati saja. Aku tau, jika aku mengatakannya maka hubungan ini pasti akan berakhir begitu saja, namun jika tidak aku takut aku tak akan pernah punya waktu lagi untuk mengungkapkannya.

Bila ku jatuh cinta...

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu


-tyz-