Kamis, 09 April 2015

The Best Man Who Can't Be Mine

The Best Man Who Can't Be Mine


Juli-Agustus-September-Oktober-November-Desember-Januari-Febuari-Maret-April

10 Bulan sudah ya ternyata. Tidak kerasa, waktu berlalu begitu cepan. Meskipun air mata sudah mengering, tapi ternyata tidak dengan yang ada di hati. Pernah beberapa kali memasukkan orang baru dalam hati, namun tetap saja, ada space khusus untuk laki-laki itu. Sangat khusus dan sulit untuk disingkirkan.

Laki-laki itu adalah laki-laki yang sesuai dengan impianku, masuk dalam kriteria keluargaku, keluarga besarku pula. Laki-laki yang sabar dengan segala sifat manjaku, laki-laki yang bisa mengarahkan aku, laki-laki yang bisa meredakan emosiku yang meledak-ledak dan laki-laki yang dapat menempatkan diri dalam keluargaku.

Ayah, ibu juga menyukai laki-laki ini. Lebih mempercayakan aku kepada dia, daripada yang lain. Bahkan suatu ketika Ayah dan Ibu lebih percaya kepada dia daripada kepadaku. Tapi, begitulah orangtuaku. Laki-laki yang aku cintai selalu mereka rengkuh selayaknya anak sendiri.

Aku tau, laki-laki ini memiliki keterbatasan dan berbagai kekurangan dimana-mana. Sama hal nya dengan aku, diriku dan hidupku. Kita lahir dengan ketidak sempurnaan, dan untuk itulah kita bersama saling menyempurnakan hidup. Aku mengetahui betul tentangnya, kelebihan dan kekurangannya, mungkin begitu juga dia terhadapku. Aku siap menerima ia satu paket dengan kekurangannya, kelebihannya dan seluruh anggota keluarganya. Tapi, entah dengan dia.

Saat ini, mungkin dia bukan seorang pegawai terpandang dari sebuah instansi. Hal itu pula yang menyurutkan langkahnya untuk maju ke tahap selanjutnya. Tapi, dalam kacamataku, kacamata keluargaku hal itu bukan yang utama. Penting, tapi bukan nomor satu. AKu hanya percaya, keadaan akan berubah. Hari ini mungkin dia bukanlah siapa-siapa, namun esok, lusa atau entah kapan, ia akan menjadi 'orang' yang seperti orangtuanya inginkan. Begitu juga dengan keadaanku. Hari ini aku masih menjadi mahasiswa yang belom punya penghasilan lebih. Ibaratnya masih menetek pada ayah dan ibuku, dan lagi-lagi hal ini pula yang membuat ia surut untuk menapaki langkah bersamaku. Tapi aku percaya, dengan bekal yang aku siapkan kali ini akan mengantarkan aku pada kehidupan yang lebih siap dan matang.

Karena semua akan berubah pada waktunya...

Laki-laki itu selalu merasa takut kalau materi membuat perempuan ini tidak puas, jauh meninggalkannya atau tidak dapat memenuhi kebutuhan. Namun, sungguh dalam keluargaku, orangtuaku terutama ibuku selalu mengajarkan aku untuk dapat mandiri. Meskipun aku memiliki laki-laki yang akan menjadi suamiku, aku tetap harus mandiri, bekerja dan berpenghasilan. Karena kegunaannya akan sangat banyak untuk kemudian hari. Jadi, sesungguhnya aku ingin mengatakan pada laki-laki itu, jangan kawatir dengan materi, aku tidak akan menggerogoti materimu. Aku hanya menginginkan cintamu, sayangmu dan kasihmu yang tidak pernah kau bagi dengan wanita lain.

Ketika laki-laki ini jatuh pada titik terlemahnya, sebisa mungkin aku berada disisinya menguatkan ia. Dan, ketika ayahanda pergi meninggalkan laki-laki ini, ia menangis, dan aku pun turut menangis. Selayaknya ayahku sendiri, beliau pun begitu penting dalam hidupku. Aku menemani langkahnya, meskipun pada akhirnya aku mengetahui, laki=laki ini tidak membutuhkan aku, melainkan wanita lain untuk ada disisinya.

Kehilangan seseorang yang dicintainya, akan meninggalkan duka yang mendalam. Aku pun merasakannya. Karena itulah, walaupun aku sibuk, aku menyempatkan waktu untuk bersilahturahmi dengan ibunda dari laki-laki ini. Minimal seminggu sekali aku bertandang kesana, melihat kondisi ibunda, eyang, laki-laki ini dan adik sematawayangnya. Inginku, kehadiranku menjadi sebuah hiburan untuk mereka, paling tidak, kehadiranku dapat mengusir sepi yang ditinggalkan oleh ayahanda. Karena, aku menganggap keluarga laki-laki ini seperti keluargaku. Duka keluarga ini juga duka yang aku rasakan. Namun, kembali lagi, niat baik ku pun belum tentu mendarat dengan baik. Pendaratan itu tidak berlangsung secara sempurna. Aku pun mengetahuinya...

Namun, apapun yang terjadi, laki-laki ini masih menempati posisi khusus yang belum bisa digantikan. Aku ingin menggantinya dengan yang lain. Aku juga ingin merasakan kebahagiaan dicintai oleh pasangan, diterima apa adanya oleh pasangan, dan membangun rumah tangga bersama dengan pasangan.

Laki-laki terbaik ini adalah laki-laki yang tidak dapat menjadi milikku. Karena aku sadar diri, apa yang ia butuhkan dan apa yang aku inginkan...


-Perempuan ini-