Senin, 05 Maret 2012

Kamu, ?

Aku menghapus air mataku. Pagi ini aku menelan air mata diam-diam, karena aku ga ingin mereka tahu tentang kesedihanku. Ini karena aku ga mau membebani mereka dengan tekanan batin yang aku alami. Inilah aku, yang selalu tampak ceria di depan namun sebenarnya di dalam hati aku menangis. Ingin rasanya aku berbagi rasa sedih ini namun aku ga tau harus berbagi dengan siapa.

Jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, waktunya mengantar pesanan makanan ke sekolah-sekolah. Aku hanya mengenakan jaket lusuh yang menutupi daster pink dipadu dengan celana panjang. Tanpa mencuci muka setelah menangis, aku menstater motor dan siap menjalankan tugasku.

Di persimpangan jalan, sembari aku melamun berfikir untuk mendapatkan penghasilan yang banyak tanpa bergenit ria aku di kagetkan oleh sebuah motor yang memotong jalanku. Perhatianku terus teralihkan. Aku melihat sosok yang duduk di bangku belakang tanpa menggunakan helm. Merasa kenal dengannya aku mencoba mendekat.

"Nano...!!" panggilku begitu yakin dengan wajah yang aku lihat. Ia menolehkan kepala kekanan dan kekiri. Mungkin mencari sumber suara yang telah memanggilnya.

"Nanooo....!!" panggilku lagi. Kali ini si pengendara motor yang duduk di depan memelankan motornya sehingga aku dapat mensejajari mereka.

"Eh, kamu Win, mau kemana?" ucap Nano langsung mengenaliku. Jelaslah, secara dulu kita adalah musuh bebuyutan ketika masih duduk di bangku SD.

"Mau anter pesenan nih, kamu mau kemana Nan?"

"Habis ambil printer, eh katanya si Pijar mau nikah, kapan?"

"Iya, undangannya udah di aku nih Nan, dateng yaa... nanti kita kumpul-kumpul dulu di SD biar bisa berangkat bareng-bareng,"

"Iya deh, terus masalah kaos gimana?"

"Udah beres, Trias udah atur semuanya. Tinggal yang belum bayar aja. Tolong donk Nan, bantu nagih ke mereka." pintaku sambil terus mensejajari laju motornya.

Tiba-tiba pengendara motor yang duduk didepan membuka kaca helm-nya yang gelap dan menyapaku.

"Win, kamu ga kangen aku?" aku takjub dengan orang yang memanggilku sehingga aku spontan menghentikan motorku dan menatapnya dengan bibir setengah terbuka.

"Win, Hoi...!!" teriak Nano sambil melambaikan tangan di depanku.

"Hahahahaa... kamu kaget ya kenapa aku ada disini?" ujar pengendara motor itu. Aku segera tersadar dari keterkejutanku dan mencoba tersenyum.

"Dimas, kapan pulang? lama tak jumpa..." aku mengulurkan tanganku dan dia membalasnya.

"Matamu semakin besar, habis nangis?"

Aku baru ingat bahwa aku ga sempat mencuci muka setelah menangis. Pasti mukaku kelihatan lusuh dan berantakan ditambah lagi dengan bajuku yang apa adanya. Hanya memakai daster tidur dan jaket lusuh. Oh My God... beginikah pertemuan pertama kami lagi? setelah 4 tahun berpisah?.

"Hahahahaa... enggak DIm, biasa, kerjaan numpuk..." ucapku berdalih.

"Win, ntar sore jalan yuk. Sekalian reuni," ajak Nano, seolah-olah ia tahu bahwa di tatapan mata kami ada rindu disitu. Aku pun segera merasa senang dengan kesempatan itu.

"Iya deh, Dimas ikut kan?"

"Jelaslah, mumpung masih di Indonesia,"

"Emang mau kemana lagi?"

"Aku mau ke Belanda, mengunjungi calon mertuaku." ucapnya enteng. Aku tertegun dengan ucapannya. Setelah itu aku segera berpamitan kepada mereka dan berlalu.

Pagi ini, aku disuguhi secangkir air mata lagi. Dari kamu... Laki-laki masa laluku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar