Minggu, 04 Maret 2012

Masa Lalu Mengejar Cinta

Cuy, aku mau bikin surprise ke dia nih. Hari ini dia pulang ke Bandung, dia minta aku untuk nganter dia pulang, tapi aku bilang kalau aku ga bisa. Padahal sebenernya aku udah nongkrong di terminal dari jam 2 tadi dan mau anter dia sampai Bandung. What do you think about that?

Sebuah pesan singkat yang aku kirim ke seorang kawanku Malya benar-benar membuatku sedikit mengurangi keteganganku. Aku sudah berdiri disini hapir 2 jam untuk menunggu sesosok orang yang masih aku cintai hingga saat ini. Namun, entah bagaimana aku merasa bingung dan bodoh untuk mengejarnya. Untuk itulah aku membutuhkan sesosok Malya untuk menuntunku yang sedang bingung dengan urusan ini.

Motor sudah aku parkir di tempat parkir 24 jam. Aku sudah siap untuk memberinya kejutan. Namun, hingga saat ini belum juga dia menunjukkan batang hidungnya. Aku kembali mengecek handphoneku berharap Malya membalas sms dan memberikanku semangat. Aku juga mengecek Blackberry messengerku berharap ia membalas BBM ku dan aku bisa mengetahui dimana keberadaannya sekarang.

Jam sudah menunjukan pukul 4 sore lebih sedikit. Aku masih setia menanti kehadirannya.

Yaudah Bar, SEMANGAT yaa... be positive thinking ya..!!

Pesan singkat dari Malya cukup menghibur aku yang mulai resah karena menunggu kedatangannya Ariani.

Kang, C udah di terminal.

BBM pun masuk dari Ariani. Spontan aku berdiri dan memasang mata di segala penjuru. Berharap menemukan sosok Ariani yang kecil, mungil namun manis. Hatiku semakin berdebar ga karuan. Ini adalah harapanku terakhir untuk bisa kembali padanya.

Aku teringat pertemuan kemarin ketika ia datang ke rumah untuk bersilahturahmi dengan Ibu dan Bapak. Kita berempat duduk di taman belakang sambil minum kopi dan membicarakan apapun yang terlintas di benak kita. Sangat kental dan berasa ia masih menjadi milikku. Seperti kita sudah menjadi satu keluarga yang utuh. Aku memandangi wajahnya yang makin ayu tanpa polesan bedak dan senyumnya yang terus mengembang.

Kita membicarakan tentang kelahiran ponakannya yang pertama tepat di hari ulang tahunku 13 Agustus. Ya, ketika itu ia meneleponku dengan panik. Ia mengatakan bahwa kakaknya sudah masuk rumah sakit dan dia sendirian karena orangtua berada di Tasik. Aku pun segera melarikan motorku ke rumah sakit yang di tuju. Padahal ketika itu jam menunjukan pukul 11 malam. Aku ga peduli dengan waktu dan segera berangkat untuk menemaninya. Begitu sampai aku spontan memeluknya dan ia menangis di pelukanku. Saat itu ia masih milikku. Dan, tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi tepat pukul 1 dini hari. yang artinya 1 jam di tanggal 13 Agustus.

Kenangan itu terus berkelebat selama aku memandang berkeliling untuk mencari sosok Ariani. Hingga satu per satu bis yang ada mulai meninggalkan terminal bersamaan dengan sebuah BBM yang masuk di Blackberryku.

Kang, C udah berangkat. Terimakasih ya kang, C seneng udah bisa ketemu akang lagi.

Aku merasakan kakiku melemas begitu membaca pesan itu. Segera aku meneleponnya sambil berlari ke tempat dimana aku memarkirkan motor aku. Aku menyelipkan handphoneku di sela-sela helm yang menghimpit kepalaku. Aku menstater motorku dengan perasaan panik. Aku takut untuk ga bertemu dengannya lagi.

'C, dimana?' tanyaku begitu telpon diangkat. Aku mendengar suaranya dari seberang sana dengan intonasi suara yang terdengar sedih. Aku terus meliuk-liukan sepeda motor, berusaha mengejarnya. Aku ga mau menyerah dengan keadaan.

Aku melihat beberapa bis masuk ke jalan tol. Rasa panikku semakin memuncak, jika bis yang ia tumpangi udah masuk jalan tol otomatis aku ga bisa lagi mengejarnya.

'C, bis udang sampai mana?' aku bertanya dengan cepat, aku ga bisa mendengar jawabannya dengan jelas karena kebisingan jalan. Tiba-tiba saja sebuah bis berjalan lambat dan menepi. Aku pun ikut menepi, berharap itu adalah bis yang ia tumpangi.

'Akangg...!!!' teriak suara dari seorang wanita yang sudah familiar di telngaku.

'C, ya Allah..."

'Akang kenapa bisa sampai sini?' tanyanya heran sambil melihatku yang aku tau pasti terlihat kucel karena panik yang sangat.

'Akang pengen ketemu C, C akang....'

'Eh iya kang, C lupa ngasih ini' ujar C memutus pembicaraanku sambil mengeluarkan sebuah undangan dan menyerahkannya kepadaku.

'Ini undangan sebenernya kemarin C mau kasih, tapi lupa karena keasikan ngobrol,' aku memandang kaku kearah undangan itu yang telah berpindah ketanganku. Aku tertegun dan benar-benar terasa lemas.

'Kang, C masuk bis lagi yaa.... mohon doa restunya ya kang....' tanpa menunggu jawabanku ia berlari masuk ke bis lagi dan meninggalkan aku yang masih terpaku dengan sebuah undangan yang bertuliskan 'Undangan Pernikahan Ariani dan Bagas'.

3 komentar:

  1. penulis yang berbakat....
    cuma gw ga suka ending nya....
    enggak happy ending.... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. *Puk-puk*
      at least you are my inspiration :)

      Hapus
    2. Wihihihi..... hikhikhik.... :(

      Hapus